Jenis Ular yang berbisa sama yang tidak

Pada umumnya banyak orang yang takut dengan ular, karena selain memiliki bentuk tubuhnya yang unik juga dikenal sebagai hewan yang memiliki racun yang berbahaya. Tapi faktanya, sebenarnya manusia tidak perlu takut dengan ular karena ular sendiri takut kepada manusia. 
Ular tidak dapat mengejar manusia karena gerakannya yang lebih lamban daripada gerakan manusia. Pada prinsipnya ular lebih banyak menghindar dan bersembunyi bila bertemu manusia dan baru akan menyerang bila ia merasa terancam atau terdesak. 

Banyak sekali jenis ular dan tidak semua ular memiliki racun atau bisa. Beberapa ular yang tidak memiliki racun pada saat ini malah  menjadi hewan peliharaan yang jinak seperti ular Candoia, ular Pelangi sampai ular yang guede seperti ular Sanca. Nah biasanya ada perbedaan yang bisa dilihat antara ular yang berbisa dengan ular yang tidak berbisa. Sebaiknya kita mengenali perbedaan ini agar lebih berhati-hati bila bertemu dengan ular yang berbisa. 

Ular yang berbisa di habitat aslinya menggunakan bisa/venom tersebut untuk melumpuhkan mangsanya sebelum ditelan. Racun tersebut disuntikan melalui gigi taringnya langsung ke pembuluh darah mangsanya, taring tersebut memiliki bentuk mirip dengan jarum suntik namun sangat tajam. Sebagian besar jenis racun ular berbisa biasanya menyerang sistem saraf dan sistem pernafasan sehingga biasanya korban akan segera lumpuh bahkan mengalami kematian.

Ciri-ciri Umum Ular Berbisa 

Adapun beberapa ciri-ciri umum ular yang memiliki racun bisa dilihat dibawah ini, tetapi hal ini tidak mutlak karena ada beberapa jenis ular yang memiliki pengecualian;

Ular yang memiliki bisa rendah
  • Gerakannya cepat, takut pada musuh, dan cenderung agresif
  • Beraktifitas pada siang hari (diurnal)
  • Membunuh mangsanya dengan cara membelit
  • Bentuk kepalanya bulat telur (oval)
  • Tidak memiliki taring bisa
  • Gigitannya tidak mematikan
  • Setelah menggigit langsung lari, karena biasanya menggigit hanya untuk pertahanan

Ular yang memiliki bisa tinggi
  • Gerakannya lambat, tenang, penuh percaya diri
  • Beraktifitas pada malam hari (nocturnal)
  • Membunuh mangsanya dengan menyuntikkan bisa
  • Bentuk kepalanya cenderung segitiga sempurna
  • Memiliki taring bisa dengan racun yang mematikan
  • Memiliki sifat kanibal
  • Setelah menggigit biasanya masih tinggal ditempat itu menunggu mangsanya lumpuh.

Berikut ini beberapa jenis ular yang tidak sesuai dengan ketentuan di atas

Berbisa tinggi, tetapi kepalanya oval (bulat telur), agresif, keluar siang, malam :
1. Ular King Kobra  (Ophiophagus hannah)
2. Ular Kobra (Naja sputratix)

Berbisa tinggi, tetapi kepala oval, gerakan tenang
3. Ular weling  (Bungarus candidus)
4. Ular welang  (Bungarus fasciatus)
5. Ular picung/pudak seruni (Rhabdophis subminiatus)
6. Semua jenis ular laut

Tidak berbisa, keluar malam hari, gerakan lamban
7. Semua jenis ular phyton dan ular boa
8. Ular Pelangi (Xenopeltis unicolor)


Jenis Taring Ular Berbisa



Ular yang berbisa tinggi dan mematikan memiliki tipe gigi Proteroglypha dan Solenoglypha. Jika manusia tergigit kelompok ular ini, prinsipnya adalah segera mengeluarkan bisa keluar dari tubuh, hambat laju racun menuju ke jantung dan secepat mungkin berikan pertolongan pertama yang tepat dan benar. Jika tidak tertolong dan salah penanganan akan berakibat cukup fatal yaitu kematian. Jika tertolong, biasanya akan meninggalkan cacat atau bekas pada gigitan. Sebenarnya, jumlah dan jenis ular berbisa tinggi lebih sedikit dibanding kelompok yang lain, kecuali semua jenis ular laut yang berbisa tinggi dan sangat mematikan.

Ciri lain yang bisa dilihat adalah dengan melihat bentuk mata, letak nostril serta bentuk sisik yang berada pada bagian bawah ekor ular, seperti yang terlihat pada gambar bawah.




Beberapa jenis ular berbisa yang ada di Indonesia


1. King Cobra


Nama latin : Ophiopagus hannah
Penyebaran : Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi
Ukuran dewasa : 200 - 550 cm
Habitat : Hutan tropis, padang rumput, dataran rendah, sampai pada Ketinggian 1800 m dpl 
Jenis bisa : Postsynaptic Neurotoxin
Efek gigitan : Sakit kepala, mual, muntah, sakit pd perut, pusing/vertigo, pendarahan, pingsan, hingga kematian.
Efek klinis : Terkena bisa 80% (20% dry bite) berpotensi mematikan. Tingkat kematian sekitar 70% - 85%.


2. Cobra 



Nama latin : Naja sputatrix
Penyebaran : Jawa
Ukuran dewasa : 130 - 185 cm
Habitat : Hutan tropis, sawah, sungai, padang rumput terbuka.
Jenis bisa : Postsynaptic neurotoxin
Efek gigitan : sakit, bengkak, memar, cell mati (necrosis), pembusukan.
Efek klinis : Terkena bisa 80% (20% dry bite) berpotensi mematikan. Tingkat kematian sekitar 40% - 60%.


3. Weling



Nama latin : Bungarus candidus
Penyebaran : Jawa, Sumatra, Bali, Sulawesi.
Ukuran dewasa : 80 - 160 cm
Habitat : Dataran rendah, sawah, perbukitan sampai pd ketinggian 1600m dpl.
Jenis bisa : Neurotoxin
Efek gigitan : Sakit kepala, mual, muntah, sakit pd perut, pusing/vertigo, pendarahan,pingsan
Efek klinis : Kemungkinan terkena bisa sangat besar dan berpotensi mematikan. Tingkat kematian 60% - 80%. 


4. Welang


Nama latin : Bungarus fasciatus
Penyebaran : Sumatra, Jawa dan Kalimantan.
Ukuran dewasa : 110 - 213 cm
Habitat : Hutan bakau, persawahan, perkebunan karet,atau di sekitar permukiaman penduduk.
Jenis bisa : Neurotoxin
Efek gigitan : Sakit kepala, mual, muntah, sakit pd perut, pusing/vertigo, pendarahan,pingsan, lumpuh.
Efek klinis : Kemungkinan terkena bisa sangat besar dan berpotensi mematikan. Tingkat kematian sekitar 60% - 80%.


5. Malayan Pit Viper


Nama latin : Calloselasma rhodostoma
Penyebaran : Pulau jawa
Ukuran dewasa : 50 - 110 cm
Habitat : Hutan bambu, hutan karet, lahan perkebunan, dan sekitar persawahan.
Jenis bisa : Hemotoxin
Efek gigitan :Sakit kepala, mual, muntah, sakit pd perut, pusing/vertigo, pendarahan, pingsan, Kematian.
Efek klinis : Terkena bisa 60% - 80% berpotensi mematikan. Tingkat kematian sekitar 45% - 70%.


6. Vipera Russelii


Nama latin : Daboia russelii siamensis 
Penyebaran : Jawa Timur, dan NTT (P. Ende, P. Flores, P. Komodo, P. Lomblen)
Ukuran dewasa : 100 - 150 cm. Jantan lebih besar dari betina.
Habitat : Arboreal. Ladang pertanian, persawahan, daerah bebatuan, atau padang rumput pd ketinggian sampai 2000 dpl 
Jenis bisa : Hemotoxin
Efek gigitan : Sakit kepala, mual, muntah, sakit pd perut, pusing/vertigo, pendarahan, pingsan, kematian.
Efek klinis : Jika terkena bisa 80% (20% dry bite) berpotensi mematikan. Tingkat kematian sekitar 60% - 80%.


7. White Lipped Pit Viper


Nama latin : Trimeresurus albolabris
Penyebaran : P.Sumatra, P.Kalimantan, P. Sulawesi, P.Jawa,P. Madura, P.Lombok, P. Sumbawa, P. Komodo, Flores, Sumba, P. Roti, Timor, Kisar, Wetar. 
Ukuran dewasa : 40 - 100 cm
Habitat : Arboreal. Hutan bambu, semak belukar dengan pepohonan kecil tidak jauh dari sungai atau kali kecil.
Jenis bisa : Hemotoxin
Efek gigitan : Bengkak, sakit kepala, mual, muntah, sakit pd perut, pusing/vertigo, pendarahan, pingsan, kematian.
Efek klinis : Jika terkena bisa tidak di ketahui namun berpotensi mematikan. Tingkat kematian sekitar 40% - 70%.


8. Wagler's Pit Viper


Nama latin : Tropidolaemus wagleri
Penyebaran : Sumatra, Mentawi, Nias, Kepulauan Riau , Billiton, Bangka, Natuna, Kalimantan, Karimata, Buton, Sulawesi.
Ukuran dewasa : 80 - 135 cm
Habitat : Arboreal. Dapat di temukan di hutan hujan pd ketinggian sampai 1200 dpl.
Jenis bisa : Hemotoxin
Efek gigitan : Bengkak/memar, terasa panas, sell tdk berfungsi/mati (necrosis), pembusukan.
Efek klinis : Jika terkena bisa tidak diketahui namun berpotensi mematikan. Tingkat kematian sekitar 40% - 70%.


9. Flat Nosed Pit Viper


Nama latin : Trimeresurus puniceus
Penyebaran : Jawa, Sumatra, Simalur, Mentawai, Kepulauan Natuna.
Ukuran dewasa : 50 - 90 cm
Habitat : Arboreal. Dataran rendah hutan hujan sampai ketingian 1450 m dpl.
Jenis bisa : Hemotoxin
Efek gigitan : sakit, bengkak, memar, terasa panas, cell tdk berfungsi/mati (necrosis), pembusukan.
Efek klinis : belum diketahui. berpotensi mematian.


10. Insularis


Nama latin : Trimeresurus insularis
Penyebaran : Adonara, Alor, Bali, Flores, Komodo, Lombok, Padar, Rinca, Romang, Roti, Sumba, Sumbawa, Timor, Wetar.
Ukuran dewasa : 40 - 70 cm
Habitat : Arboreal, Hutan hujan.
Jenis bisa : Hemotoxin
Efek gigitan : Sakit, bengkak, memar, terasa panas, cell tdk berfungsi/mati (necrosis), pembusukan.
Efek klinis : Belum diketahui. Tingkat kematian karena tdk tertangani sekitar 40% - 75%.

Comments

Popular posts from this blog

contoh makalah tentang bank mandiri

BlueStacks vs YouWave (Android Emulator Untuk PC)